Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menanamkan Tauhid Sejak Dini

Ngaji Jawa (1)

TAK LELO, LELO-LELO LEGUNG

Dakwah Rasulullah pertama kali adalah untuk menanamkan tauhid, Laa Ilaha illaLlah Muhammadurrasulullah. Selama 13 tahun beliau mendakwahkan kalimat pen-Esa-an Tuhan ini ketika memulai misi kerasulannya di Makkah. Tauhid penting ditanamkan lebih dulu sebelum mengajarkan hal-hal lain karena tauhid adalah pondasi. Sehebat apa pun seseorang menguasai Al-Qur'an, sealim apa pun seseorang terhadap ajaran-ajaran yang dibawa oleh Kanjeng Rasul, jika di dalam hatinya tidak ada tauhid maka semua ilmunya itu tidak ada gunanya. 

Sebagaimana yang dilakukan oleh Kanjeng Rasul di awal dakwah, para penerus beliau di tanah Jawa pun melakukan hal yang sama. Hal pertama yang diajarkan kepada masyarakat adalah tauhid. Jika tauhid sudah mengakar kuat di dalam dada, maka akal dan seluruh indera tidak akan mudah menjadi syirik. Agar kalimah tauhid ini lebih cepat merasuk dan sering dirapalkan oleh masyarakat, maka disematkanlah kalimat tersebut ke dalam lagu.
Anda tentu familiar dengan tembang momong "tak lelo, lelo-lelo legung". Lagu sering ini dinyanyikan untuk menidurkan bayi. Ibu yang menggendong bayinya, anak-anak yang momong adiknya, terbiasa sambil menyanyikan lagu. Kalimat "tak lelo, lelo-lelo legung" dalam bahasa Jawa sepertinya tidak memiliki arti. Ia hanya semacam ungkapan tanpa makna dalam sebuah lagu, rengeng-rengeng. Aslinya kalimat tersebut adalah kalimat tauhid yang berasal dari bahasa Arab dikolaborasi dengan bahasa Jawa, "Laa Ilaha illLlah, Gusti Allah Moho Agung".

Begitu telitinya para guru di masa lalu. Untuk menanamkan tauhid kepada masyarakat sejak dini, diciptakanlah lagu untuk anak-anak yang diambil dari kalimah paling tinggi, syahadat tauhid.

Post a Comment for "Menanamkan Tauhid Sejak Dini"