Perjuangan Jember - Surabaya Jual Lampu Minyak Jelanta
Suparto, Disabilitas yang Ngontel dari Jember ke Surabaya demi Jual Lampu Minyak
Perjuangan Suparto untuk menafkahi keluarga benar-benar membuat orang 'mengangkat topi'. Bayangkan saja, di usia 57 tahun dengan kondisi kaki kanan mengalami kecacatan sejak lahir, Suparto rela ngontel dari Dari Desa Balung Lor, Jember, menuju ke Jalan Ir. H. Soekarno, Surabaya.
Jarak yang ditempuh Suparto sekitar 177 kilometer. Saat ditemui Basra pada Sabtu (9/5), bapak empat anak ini mengaku berangkat dari Jember pada Selasa sore 5 Mei 2020 lalu sampai Surabaya pada Rabu siang 6 Mei 2020.
"Biasanya saya naik bis kalau ke Surabaya. Tapi karena Surabaya sedang PSBB dan tidak ada bis yang jalan, jadi enggak papa untuk pertama kali saya ngontel dari Jember ke Surabaya," kata Suparto.
Saat ngontel dari Jember menuju Surabaya, Suparto memilih rute melewati Jatiroto, Lumajang. Jalur tersebut memang relatif cepat dengan suasana perjalanan yang sejuk, tapi konsekuensinya Suparto harus menghadapi jalanan yang menanjak dan menurun.
"Ya pas nanjak, kalau enggak kuat saya dorong sepedanya. Karena kakinya kan hanya satu yang bisa ngontel. Nanti pas jalan turun tinggal jaga rem saja. Untung pas mau berangkat saya sudah ganti ban sama rantainya. Ini kan sepeda pinjam mertua," kata Suparto sambil tersenyum.
Niat Suparto untuk ngontel ke Surabaya sebenarnya sudah dilarang oleh salah satu anaknya. Tapi Suparto punya pendapat lain. "Anak saya bilang 'jangan pak jauh', tapi saya bilang kalau bapak ini niatnya kerja kok pasti dimudahkan. Saya enggak mungkin terus di rumah sedangkan keluarga butuh pemasukan," kata Suparto.
Suparto sehari-hari berjualan di Jalan Ir. H. Soekarno Surabaya.
Niat Suparto datang ke Surabaya adalah untuk menjual lampu minyak. Namanya, 'Lampu Minyak Unik'. Lampu yang bisa menyala saat diisi minyak jelantah ini buatan Suparto sendiri.
Setiap ke Surabaya, Suparto akan membawa 60 buah lampu untuk dijual. Tiap lampu minyak dijual dengan harga Rp 15 ribu. "Kalau saya jual di Jember, banyak yang nawar lampunya jadi Rp 5 ribu. Kalau dijual segitu buat balikin ongkos bikin saja enggak cukup. Karena itu saya jual di kota saja. Biasanya kalau dikasih harga Rp 15 ribu mereka enggak nawar," kata Suparto.
Suparto tidak punya tempat tinggal selama di Surabaya. Saudara pun juga tak ada. Sehari-hari Suparto akan tidur di pelataran toko di kawasan MERR.
Saat Ramadhan seperti sekarang ini, Suparto masih bersyukur karena selalu ada yang memberinya makanan untuk sahur dan berbuka.
Perlu waktu sekitar seminggu lebih bagi Suparto untuk melariskan semua dagangannya. "Kalau saya pulang sebelum habis semua, nanti enggak cukup buat modal sama nafkah keluarga," kata kakek dua cucu ini.
Post a Comment for "Perjuangan Jember - Surabaya Jual Lampu Minyak Jelanta"