Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Virus yang Putus Asa

Virus yang Putus Asa
Virus yang Putus Asa
Virus yang Putus Asa, setengah tahun lebih dunia dibuat lumpuh oleh wabah bernama virus Corona atau yang biasa menggunakan nama samaran Pandemi Covid-19. Virus ini telah membuat banyak hal menjadi mandeg. Ekonomi, pendidikan, kegiatan kebudayaan, bahkan sampai ritual keagamaan. Sosok tak terlihat ini digambarkan begitu menyeramkan, jauh lebih mengerikan dari sosok Dabbah, atau Dajjal, yang kehadirannya sudah dikabarkan sejak 15 abad yang lalu. 

Mungkin abad ini adalah abad di mana segala hal yang mainstream di dunia ini akan berubah.  Pendidikan tidak akan seperti dulu lagi, pola kehidupan sosial akan berubah, rantai perekonomian akan mengalami pergeseran, nilai-nilai kemanusiaan akan jauh berbeda dari yang selama ini kita kenal dan kita alami. Semua itu disebabkan satu makhluk tak terlihat bernama Corona. 

Jika sejak zaman awal mula penciptaan dulu, Allah menciptakan setan sebagai turunan iblis yang ditugaskan mengipas-ngipas hati manusa supaya melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah sehingga sampai hari ini setiap kesalahan yang terjadi dengan mudah manusia menyalahkan setan, mungkin setelah ini, posisi setan sebagai top skorer akan digeser oleh Corona sehingga ia hanya akan berada di posisi runner-up.

Tapi semua itu hanya analisa, Kawan. Bisa betul, sangat mungkin keliru. Yang jelas betul adalah kita melihat hari ini Sang Virus sudah mulai putus asa menakut-nakuti masyarakat. Entah karena ia tak terlihat, atau mungkin karena banyaknya politisasi atas nama pandemi (berdasar analisa ini, ternyata posisi setan berhasil digeser oleh Corona pada komunitas politikus dan pencari untung bersenjata pentung). Masyarakat bukan hanya tidak lagi takut dengan pandemi, mereka justru mulai sanksi apakah ia benar-benar ada atau hanya ilusi.

Keraguan tersebut bukan tanpa alasan. Sejak awal, sang virus dikabarkan hanya menyerang manusia dengan imun tubuh yang lemah. Maka yang paling rentan terhadap virus ini adalah balita dan lansia. Lalu masyarakat berlomba-lomba, bahu-membahu membagikan kiat hidup sehat untuk memperkuat imun tubuh. Mulai dari gerakan olahraga di bawah mentari pagi, sampai membuat ramuan dari rempah-rempah. Sayangnya masyarakat dibuat kecewa karena trik-trik memperkuat imun tubuh yang terutama testimoni dengan jamu herbal ini justru seringkali diblokir oleh media berbagi informasi baik video maupun tulisan dengan alasan menyebarkan berita bohong. Saya pernah mendengar pengakuan tukang cukur langganan saya yang menceritakan temannya mengunggah sebuah video cara menangkal Corona dengan ramuan herbal di sebuah situs berbagi video, dalam dua hari video itu sudah dihapus oleh admin situs yang sedang mendunia itu.

Belum lagi banyaknya orang yang mempolitisasi kasus penyebaran virus Corona sehingga membuat rakyat semakin ragu akan keberadaannya. Ada korban kecelakaan yang dipaksa lembaga kesehatan untuk diklaim sebagai pasien positif Corona dengan imbalan sekian puluh juta uang, ada pasien penyakit dalam yang sudah sakit sejak sebelum ada virus kemudian meninggal dan dikabarkan sebagai pasien positif Corona. Malah yang terbaru, di sebuah daerah yang sebentar lagi menghadapi pemilihan kepala daerah, di mana salah satu pesantren besar yang konon menjadi rival sang penguasa yang sedang menyiapkan penerus tahta mengumumkan salah satu putra terbaiknya ikut dalam percaturan pemilukada, esoknya di pesantren tersebut langsung dinyatakan belasan santrinya reaktif ketika diadakan swabtest dan kecamatan tempat domisili pesantren terbesar sekabupaten itu dinyatakan sebagai zona merah.

Yang paling kecewa dari humor yang tidak terlalu lucu ini tentu saja Corona itu sendiri.

"Matane sangkil tenan. Orang-orang ini tidak ada yang takut sama saya, malah nama saya dicatut untuk menakut-nakuti orang lain. Indonesia benar-benar bukan tempat yang cocok untuk mencari keberuntungan. Jangan-jangan Izrail pun enggan sering-sering datang ke ujung timur sini karena takut dibully?"

~ Mahkota Blambangan ~
Pesbok Kang Juli Alepiyu

Post a Comment for "Virus yang Putus Asa"