Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Lebah Madu Masa Peradaban Mesir Kuno

Lebah madu masa peradaban mesir kuno
Lebah Madu Masa Peradaban Mesir Kuno
Mesir Kuno melekatkan makna religius dan spiritual yang besar pada lebah madu. Lebah dikaitkan dengan royalti di Mesir; memang, sejak 3500 SM, lebah adalah simbol Raja Mesir Hilir! (Simbol Raja Mesir Hulu adalah buluh).

Lebah madu masa peradaban mesir kuno terdapat banyak contoh hieroglif lebah yang dapat ditemukan dalam catatan, serta hieroglif untuk madu dan pemelihara lebah. 

Peternakan lebah telah dipraktekkan selama ribuan tahun di Mesir. Setidaknya selama empat ribu lima ratus tahun, orang Mesir telah membuat sarang dengan cara yang sama, dari pipa tanah liat atau lumpur Nil, sering ditumpuk satu di atas yang lain. 

Sarang-sarang ini dipindahkan ke atas dan ke bawah Sungai Nil tergantung pada waktu dalam setahun, memungkinkan lebah untuk menyerbuki setiap dan semua bunga yang sedang musim.

Rakit khusus dibangun untuk memindahkan sarang-sarang ini, yang ditumpuk dalam piramida. 

Di setiap lokasi baru, sarang dibawa ke bunga terdekat dan dilepaskan. Ketika bunga-bunga mati, lebah dibawa beberapa mil lebih jauh ke sungai Nil dan dilepaskan lagi.

Demikianlah lebah melakukan perjalanan ke seluruh Mesir. Tradisi ini berlanjut hingga saat ini.

Madu digunakan oleh semua kelas di Mesir Kuno, menunjukkan bahwa madu pasti diproduksi dalam skala besar. 

Madu digunakan untuk segala hal mulai dari pemanis makanan, untuk mencegah infeksi dengan dioleskan pada luka, hingga membayar pajak. 

Satu kontrak pernikahan telah ditemukan yang menyatakan, "Aku membawamu menjadi istri ... dan berjanji untuk memberikan kepadamu dua belas botol madu setiap tahun." 

Madu diminta sebagai upeti dari negara-negara taklukan; misalnya, banyak guci madu dibayarkan setiap tahun oleh suku Retenu di Siria kepada penakluk Mesir mereka, Thothmes II.  


Madu dan lilin digunakan untuk tujuan keagamaan dan juga praktis. Hewan suci diberi makan kue yang dimaniskan dengan madu.

Hewan-hewan ini termasuk banteng suci di Memphis, singa suci di Leontopolis, dan buaya suci di Crocodilopolis. Mumi kadang-kadang dibalsem dengan madu, dan seringkali sarkofagus ditutup dengan lilin lebah. 

Guci madu ditinggalkan di kuburan sebagai persembahan orang mati, untuk memberi mereka makan di akhirat. 

Salah satu cerita favorit kami untuk diceritakan kepada anak-anak adalah ketika makam Raja Tut dibuka, sebuah toples berisi madu berusia 2.000 tahun ditemukan. Dan karena madu tidak pernah rusak, madu masih bisa dimakan dengan sempurna!

Dikutip dari : bee planet foundation

Sumber artikel: https://www.facebook.com/100000174364866/posts/5175878185761276/

Sebagai produk organik yang dibuat lebah madu, telah dipakai semenjak jaman purba sebagai salah satunya bahan pemanis. 

Peradaban kuno menganggapmadu sebagai makanan dewa sebab bisa membuat manusia berusia panjang. Beberapa orang Mesir, Yunani dan Romawi kuno memakai madu untuk kue, minuman dan bumbu daging (B. Sarwono, 2001).

Penyembuhan dengan madu telah dikenali orang Mesir kuno semenjak 2.600 SM.Madu digunakan sebagai salep antiseptik untuk menyembuhkan cedera oleh bangsa Yunani, Romawi, Assyria, India dan Cina kuno. Bangsa Jerman menggunakan madu saat PD II. 

Golongan wanita di Mesir, Yunani dan Rusia manfaatkan maduuntuk memiara kecantikan kulit muka supaya elok, bersih, hilangkan bintik dan bercak-bercak hitam, dan menahan kerutan. Beberapa Firaun Mesir kuno yang dipendamkan di Piramida, diberi madu mentah sebagai perbekalan di alam baka.

Bahkan juga beberapa filsuf Yunani mereferensikan madu untuk perpanjang umur. Juga banyak olahragawan juara olimpiade kuno dan beberapa pahlawan olimpiade kekinian memercayakan serbuk sari untuk sumber stamina (Pak Beri, Manggala, 6-12/6/2001).


Pada jaman Mesir kuno, Yunani kuno dan Indian kuno, selainnya sebagai pengawet daging, madu dipakai untuk mengawetkan mayat seperti mumi fir'aun. Saat sebelum dimakamkan, mayat dipendam sekian hari dalam larutanmadu. 

Disamping itu, diketemukan seorang bayi anak raja Mesir yang diawetkan dalam sebuah container penuh madu dalam salah satunya piramid di Gizeh. Bangsa Yahudi memakai madu untuk mengawetkan beberapa orang yang mereka hargai.

Semua bukti yang tertera di atas sebagai bukti jika madu memiliki kandungan zat yang bisa menghalangi perkembangan bakteri pathogen hingga berperan baik pada pengawetan. Selainnya madu, poduk lebah seperti propolis dipakai sebagai obat semenjak era ke-12. 

Orang Yunani dan Romawi memakai propolis untuk menyembuhkan cedera bengkak dalam tubuh karena perang. Begitu halnya bangsa Yunani, memandang madu sebagai hadiah paling bernilai yang diberi alam ke manusia. 

Lebah madu masa peradaban mesir kuno untuk sumber energi, madu telah dirasa Raja Farouk dari Mesir. Si raja sanggup "membagikan waktu" secara adil dan rata untuk 400 orang selir yang dimuat dalam sebuah Harem. 

Triknya, tiap pagi minum beberapa seloki madu. Sementara Raja Solon yang berkuasa di Kerajaan Atena, Yunani di tahun 638-558 SM, secara eksklusif menyarankan ke rakyatnya supaya memiara lebah buat membuat ekonomi negara. (Drs Ketut Patra, Kompas, 5 Oktober 1978

Post a Comment for "Lebah Madu Masa Peradaban Mesir Kuno"